Kemarin aku baru saja mengikuti acara talk show tentang “Edukasi Gizi Anak Menuju Indonesia Unggul dalam Mewujudkan Generasi Emas 2045” yang diselenggarakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) bersama ‘Aisyiyah, di Universitas Muhammadiyah Jambi.
Table of Contents
Dalam talk show ini, ada empat pembicara:
- Oki Permana SKM, M.Kes, Kabid Kesmas Dinkes Prov Jambi
- Drs. Antoni Asdi. M.Pharm, Kepala Balai Besar POM Prov. Jambi
- Dra. Chairunnisa M.Kes, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah
- Arif Hidayat, SE.MA, Ketua Harian YAICI
Menurut informasi dari PP Aisyiyah dan YAICI yang telah melakukan survei, ditemukan bahwa di tiga provinsi di Indonesia, yaitu Aceh (Banda Aceh, Pidie, Aceh Tengah), Kalimantan Tengah (Palangkaraya, Waringin Timur, Barito Timur), dan Sulawesi Utara (Bolaang Mongondow, Bolaan Mangondow Utara, Manado), dari 1.835 anak usia 0-5 tahun, sebanyak 12% mengalami gizi buruk dan 23% mengalami gizi kurang. Anak dengan gizi buruk paling banyak ditemukan pada usia 5 tahun (28,8%), sementara anak dengan gizi kurang paling banyak ditemukan pada usia 3 tahun (32,7%).
Di Provinsi Jambi, kasus gizi buruk masih tinggi. Banyak warga berpenghasilan rendah dan belum menerapkan pola asuh anak yang baik sesuai kebutuhan gizi. Hingga November, terdapat 71 kasus gizi buruk dengan dua kasus meninggal, sebagian besar dialami oleh balita dari keluarga kurang mampu.
Kasus gizi buruk ini sangat penting untuk diperhatikan karena dampaknya pada tumbuh kembang anak sangat besar. Oleh karena itu, kita harus menjaga gizi anak agar tetap terjaga dan terhindar dari masalah kesehatan, salah satunya adalah stunting.
Apa Itu Stunting?
Stunting adalah kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya. Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak dari WHO.
Stunting merupakan masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Dampak Stunting bagi Anak
Stunting dapat menyebabkan dampak jangka pendek seperti peningkatan kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal yang tidak optimal, serta peningkatan biaya kesehatan. Dampak jangka panjang meliputi postur tubuh yang tidak optimal, risiko obesitas dan penyakit lainnya, menurunnya kesehatan reproduksi, kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal, serta produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
Cara Mencegah Stunting pada Anak
Ada 14 intervensi yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting, yaitu:
- Ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah minimal 90 butir selama masa kehamilan.
- Pemberian makanan tambahan ibu hamil.
- Memasak makanan dengan menggunakan garam beryodium.
- Melindungi ibu hamil dari malaria dengan menggunakan kelambu.
- Penanggulangan kecacingan pada ibu hamil.
- Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada ibu menyusui.
- Mencuci tangan dengan benar saat akan menyusui.
- Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan.
- Memberikan makanan pendamping ASI untuk bayi di atas 6 bulan hingga 2 tahun.
- Memberikan imunisasi dasar lengkap.
- Memberikan obat cacing pada balita 6 bulan.
- Memberikan suplementasi zink yang dapat diperoleh di puskesmas.
- Melindungi baduta dari malaria dengan menggunakan kelambu.
- Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Ciri-Ciri Stunting pada Anak
Beberapa gejala atau tanda-tanda stunting meliputi tinggi badan yang tidak sesuai umur, perkembangan kognitif rendah, pertumbuhan gigi terlambat, anak menjadi lebih pendiam pada usia 8-10 tahun, tanda-tanda pubertas terlambat, dan wajah yang tampak lebih muda dari usianya.
Air Susu Ibu (ASI) Penting bagi Tumbuh Kembang Anak
Kebutuhan gizi pada anak sangat penting agar terhindar dari masalah kesehatan dan stunting. Anak usia 0-6 bulan wajib mendapatkan ASI dan dapat diteruskan hingga 2 tahun. ASI memiliki kandungan zat-zat yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi seperti karbohidrat, kalium, protein, natrium, kolesterol, dan lemak.
Susu Kental Manis (SKM) Bukan untuk Minuman Anak!
SKM mengandung gula tinggi (40-50%) yang dapat meningkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak-anak. SKM tidak dianjurkan sebagai pengganti ASI untuk anak usia 0-2 tahun karena dapat menyebabkan masalah gizi, karies gigi, gangguan pola makan, dan penyakit degeneratif.
Kesadaran Orang Tua akan Pentingnya Asupan Gizi pada Anak
Setelah mengetahui kebutuhan gizi anak, kita sebagai orang tua harus paham betul agar anak kita dapat tumbuh sehat dan menjadi generasi emas di tahun 2045.
Semoga artikel ini bermanfaat.